Jumat, 14 Desember 2012

pakaian muskimah yang mangagumkan


artis korea kagumi pakaian muslimah:

OLEH SUKMA HAYATI ZAINI Z. ALWY, mahasiswa S2 Jurnalistik di Penang, melaporkan dari Malaysia

MENJELANG Ramadhan, banyak muslimah membuat komitmen agar ibadah Ramadhan tahun ini lebih baik daripada sebelumnya. Di televisi para artis bersemangat menyambut Ramadhan dengan mengubah penampilannya menjadi lebih sopan, lengkap dengan jilbab.

Berbicara tentang jilbab, saya teringat pada seorang sahabat bernama Song-a Ki, gadis Korea. Sama dengan saya, ia juga berstatus mahasiswi pada salah satu universitas di Penang, Malaysia.

Dengan dana pendidikan dari Pemerintah Korea, gadis muda yang biasa dipanggil Song-a ini, datang dari Korea khusus untuk belajar bahasa Inggris. Ia adalah tetangga saya di asrama kampus yang gemar memakai pakaian ketat, terbuka, dan hobi bercelana pendek. Suatu ketika, Song-a mendatangi kamar saya. Dengan bahasa Inggris yang masih beraksen Korea, ia meminta saya membantunya. 

Betapa terkejutnya saya ketika Song-a minta saya mengajarinya memakai pakaian muslimah, lengkap dengan jilbab. Keterkejutan saya bukan tanpa alasan, Song-a adalah seorang nonmuslim. Ternyata, Song-a penasaran untuk merasakan bagaimana memakai pakaian muslimah lengkap dengan jilbab. Sebelumnya, Song-a memang pernah mengatakan kepada saya bahwa ia sangat menyukai jilbab. Hal ini karena warna dan gaya jilbab sangat beragam dan menarik. “Jilbab is very cute, so fashionable,” ujarnya sambil menyentuh jilbab saya. 

Song-a juga pernah bertanya, apakah jilbab merupakan fashion dalam masyarakat muslim? Menjawab pertanyaan itu, saya ajak Song-a melihat Quran Surah Al-Ahzab ayat 59 tentang menutup aurat. 

Dengan mengucap basmalah, secara perlahan dan hati-hati saya coba jelaskan ke dia bahwa jilbab bukan sekadar fashion dalam masyarakat Islam, tetapi juga kewajiban yang harus ditaati, karena tercantum dalam Alquran sebagai perintah Allah untuk melindungi para wanita.

Agar memudahkan pemahamannya, saya buat suatu perumpamaan yang pernah saya baca di internet. “Jika ada dua permen, Song-a akan memilih permen yang mana? Apakah permen dalam keadaan terbungkus atau terbuka,” tanya saya. 

Song-a memilih permen terbungkus dengan alasan permen itu masih terjaga kebersihan dan kualitasnya. “Ya, begitulah Islam menjaga kualitas perempuannya. Jilbab dan pakaian muslimah adalah kain pembungkus tubuh yang sesuai dipakai untuk menjaga perempuan agar tidak terkontaminasi dan dapat terhindar dari kejahatan seksual, sama seperti permen yang kamu pilih tadi,” lanjut saya.

Masih dalam keadaan terheran-heran, Song-a lagi-lagi mengejutkan alam bawah sadar saya yang masih teringat pada perbincangan kami sebelumnya tentang jilbab. Untuk kesekian kalinya Song-a kembali meminta, “Tolong ajari saya menutup aurat.” 

Segera Song-a memakai baju Melayu khas warga Malaysia dan sehelai selendang berwarna merah jambu yang dibelinya. Melihat semangatnya, saya juga semangat menjadikan sehelai selendang menjadi penutup kepala yang bergaya. Hasilnya, Song-a terlihat sangat cantik dan memesona. Song-a dan saya pun antusias mengabadikan dengan kamera beberapa posenya saat berjalan-jalan ke luar asrama menggunakan pakaian tersebut. 

Dalam derap langkah kami, Song-a tiba-tiba mengatakan hal yang membuat saya bangga dan terharu menjadi seorang muslimah. Ia mengatakan, “Saya merasa pakaian ini sungguh melindungi diri saya. Ketika saya memakai baju ketat dan celana pendek, lelaki sering memandang nakal ke arah saya dan membuat saya risih. Saya rasa pakaian ini juga bisa melindungi saya dari sinar matahari dan menjaga kulit saya,” ungkapnya sambil tersenyum.

Terbersik dalam hati saya, seorang nonmuslim seperti Song-a saja sangat mengagumi jilbab serta pakaian muslimah. Lalu mengapa wanita-wanita yang terlahir sebagai muslimah seperti di Aceh masih ada yang suka memakai pakaian ketat serta enggan memakai jilbab?

Semoga momentum datangnya Ramadhan di tahun ini dan kisah kekaguman Song-a terhadap jilbab, menjadi penyemangat bagi wanita Aceh agar senantiasa istiqamah dalam menjaga aurat. Amin. 

2 komentar: